Senin, 17 September 2018

HARGA BARANG MERANGKAK NAIK

Pelan tapi pasti. Penguatan dolar Amerika telah mulai membawa korban dengan naiknya harga-harga barang kebutuhan pokok. Yang pasti beras naik dan seluruh barang-barang lainya ikut terderek juga. Tidak peduli, apakah jenis makanan impor atau tidak, harga barang-barang tetap naik. Itulah barangkali yang orang sebut dengan psikologi pasar. Mengambil menfa'at atas gejolak rupiah dibeberapa hari terakhir. Biasanya, dalam situasi ketidakstabilan rupiah akan membawa efek turunan, yaitu langkanya persediaan kebutuhan pokok akibat permainan mafia dengan tujuan untuk mendapatkan kekayaan secara instan, melakukan penimbunan barang yang membuat barang langka di pasar. Dan ujung-ujungnya, terjadilah kenaikan harga-harga barang diluar logika lazimnya. Namun, karena barang tersebut sangat dibutuhkan, tidak bisa tidak, akhirnya dibeli juga oleh masyarakat walau dengan berat hati. Semula digaung-gaungkan oleh menteri keuangan, kalau dolar Amerika naik, negara akan diuntungkan. Tapi realitasnya dilapangan, rakyat yang justru menjerit sejadi-jadinya, sehingga para mahasiswa dibeberapa kampus se Indonesia turut menjerit akibat mahalnya harga-harga barang. Apakah demi atas nama kepentingan negara, lalu rakyat dikorbankan ? Bukankah justru harusnya negara berkewajiban melindungi rakyatnya ? Bukan negara segala-galanya, tapi rakyatlah yang harus menjadi perhatian utama. Bila rakyat kuat, maka negara menjadi kuat. Mungkinkah rakyat menjadi kuat, bila barang-barang kebutuhan pokok harganya selangit sementara penghasilan tidak naik-naik ? Inilah yang namanya - negara paradoks. Negara menyengsarakan rakyatnya sendiri.

Penulis : Muslih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar