Senin, 08 Januari 2018

SEMANGAT GOTONG ROYONG

Pekanbaru identik dengan kota pasar. Kota para pendatang berkumpul untuk mencari sesuap nasi. Kota rantau. Kota heterogen. Datang dari kampung asal secara sendiri-sendiri maupun beramai-ramai. Meski telah menetap di Pekanbaru selama 15 tahun, tetap saja dalam kesendirian. Segala suka dan duka ditanggung sendiri. Kalaupun kemudian berkeluarga, hidupnya sebatas dengan isteri, anak dan cucu. Lebih dari itu, tidak ada. Tak tahan menghadapi persaingan yang begitu keras, biaya hidup begitu tinggi, akhirnya kalah, lalu pulang kampung tempat kelahiran. Disana berharap kepada sanak kerabat untuk bisa membantu kehidupan sehari-hari, sebatas untuk bisa bertahan hidup. Tapi ada sebagian perantau, begitu sampai di kota Pekanbaru, yang dicarinya terlebih dahulu organisasi peguyuban sesama perantau, sebut saja Perkumpulan Keluarga Kacang Pekanbaru atau disingkat IKKA Pekanbaru. Begitu sampai di Sekretariat IKKA Pekanbaru langsung bershilaturrahmi dengan pengurus peguyuban, lalu berkenalan nama, anak dari, suku, nama datuk dst. Sampai pada akhirnya menyampaikan maksud kedatangannya, sebahagian karena akan melanjutkan bangku kuliah dan sebagian berkeinginan untuk bekerja di kota Pekanbaru. Dari pengurus peguyuban menanyakan kelengkapan identitas yang bersangkutan mulai dari surat pindah, kartu tanda penduduk, kartu keluarga dll. Dari identitas tersebutlah, maksud dan tujuan akan mudah diperoleh. Tapi bila kelengkapan identitas tidak lengkap, maka akan sulit untuk mendapatkan apa yang diingkinkan. Peguyuban dalam hal ini IKKA Pekanbaru berusaha untuk memfasilitasi berbagai hambatan kehidupan yang dialami oleh anggota. Saling mempromosikan keterampilan usaha yang sedang dikembangkan, mulai dari usaha percetakan, las, dagang dll. Pengurus berkeyakinan, bahwa ketika usahanya telah maju kelak, giliran yang bersangkutan kemudian untuk peduli membantu saudara-saudaranya sesama rantau yang nasibnya belum seindah dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar