Perbedaan pendapat, perbedaan sikap sebaiknya diakomodir dalam tradisi nagari Kacang moderen. Membiasakan hidup dalam keragaman akan membuat kualitas hidup menjadi indah, tidak monoton, tidak satu warna an sih. Sebagai calon kawasan wisata, kita akan kedatangan banyak tamu dengan banyak ragam selera dan gaya hidup. Kita tidak saja harus melayani diri kita sendiri, tetapi kita juga harus melayani banyak orang. Gagal kita dalam mengambil keputusan penting ini, maka citra kita dihadapan orang banyak bagaikan sang katak dalam tempurung. Hidup terlalu bangga dengan apa yang kita miliki membuat kita menolak ide atau pembaharuan yang datang bertubi-tubi menawarkan kemajuan dan kemoderenan. Kita menjadi pribadi yang tertutup. Seakan-akan keindahan hidup yang ada adalah hanyalah untukku semata. Kita memahat diri kita agar selalu tampak anggun, cerdas dan berwibawa. Padahal justru pahatan orang lainlah yang bisa menghaluskan budi pekerti kita. Dan itulah keindahan yang sesungguhnya. Keindahan akhlak kita. Keindahan alam nagari Kacang, diakui memang unik. Tetapi akan lebih menjadi menawan dan menjadi magnet yang tiada tara bila dia dipegang oleh srikandi-srikandi Kacang yang berkepribadian "hangat", "hidup" dan dinamis. Seperti filosofi air yang terus bergerak. Mencari celah untuk bisa hidup walau ditengah himpitan batu cadas yang sangat keras. Mencari daerah yang lebih rendah untuk bisa lebih kencang bergerak dan menerjang terjang setiap hambatan yang coba melawan. Bila kita dengan sengaja dan sadar bersikap menutup diri. Orang akan berjarak dengan kita. Orang akan mengatakan sombong dan arogan. Akan memunculkan antipati terhadap diri kita. Kita terlalu memaksakan kehendak kita. Sementara kehendak orang lain kita abaikan saja. Kita memaksakan ide kita untuk bisa diterima. Sementara kita sedikitpun tidak bisa menghargai perbedaan yang ada. Kita telah kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Sesuatu yang membuat kampung kita bisa bernilai. Seberapapun besar nilainya, itu tidak jadi soal. Karena nilai itulah yang membuat kampung bermarwah, dikagumi, disegani dan berwibawa. Nilai itu bernama toleransi. Nilai itu mulai detik hari ini telah menjauh sejauh jauhnya. Akankah dia akan hadir lagi pada masa yang akan datang ? Kita tidak tahu itu. Tetapi sikap kita telah mengguncang arasy kemulyaan. Arasy kemahatinggian. Arasy persatuan. Arasy kasih sayang. Arasy pengorbanan. Arasy soliditas. Arasy kemakmuran. Arasy hidup dalam ruang kedamaian.
[17/5 16:15] profesor pdg: Tulisan yg bagus pak Muslih.. ππsalut buat pak Muslih yg bisa merangkai kalimat dg baik. ππ
BalasHapusSikap toleransi adalah sikap saling menghargai antar individu maupun kelompok ketika ada perbedaan cara pandang. Menyandingkannya dengan kondisi Kacang utk siap maju kedepan.. dalam bertoleransi kita harus punya 'frame' yg pas sebelumnya sesuai dengan agama, norma dan etika apalagi kita di Minangkabau yg terkenal dengan adat basyandi syarak, syarak basandi kitabullah..
Kalau frame nya sdh ada, dengan kondisi apapun kita akan mampu memilah dengan baik dan benar, mana yg pantas ditoleransi dan mana yg hrs diluruskan.. tanpa prinsip atau frame yg kuat maka bisa saja kita telah melakukan toleransi yg tdk tepat.
Semoga Kacang menyambut era yg mengedepankan pariwisata, mampu mΓ ju dg cara yg benar..
[17/5 16:16] +62 812-6780-770: ππ
[17/5 16:26] +62 812-7718-124: ππ€
[17/5 16:36] +62 852-6372-1109: ππππ
[17/5 17:34] +62 821-7859-8999: πππ
[17/5 17:37] +62 812-7951-049: Mantaapp bu.
[17/5 19:11] +62 813-6382-1017: Super sekali
Semoga IKKA P.Baru semakin sukses
[17/5 19:21] +62 812-6780-770: Alhamdulillah
[18/5 05:07] +62 821-7019-7222: Super sekali...
Makasi pencerahannya bu..ππππ. (Sumber dari WAG Pulbas IKKA Nusantara)