Dalam perjalanan sejarah IKKA Pekanbaru, Keluarga Besar IKKA Pekanbaru patut berbangga memiliki sesepuh yang ahli dipembuatan lamang. Beliau bernama Hj. Syafni binti Sili. Berdomisili di belakang Pasar Dupa, dekat Mushalla Nurul Iman Pekanbaru. IKKA Pekanbaru beberapa kali meminta beliau untuk membuat lamang dikegiatan Peguyuban IKKA Pekanbaru. Beliau dipanggil oleh Yang Kuasa pada hari Selasa tanggal 19 Maret 2019 pukul 17.00 Wib. Almarhumah meninggalkan 7 anak dan 30 cucu. Dalam kehidupan beliau sehari-hari, masyarakat Pekanbaru mengenalnya dengan sebutan Mak Lamang. Mak Lamang dalam arti profesi beliau sehari-hari adalah membuat lamang dan menjualnya. Beliau sangat yakin dengan profesi tersebut mampu membiayai kebutuhan anak-anaknya. Hidup diperantauan dengan modal keahlian membuat lamang yang merupakan makanan khas orang minang, membuat dirinya sangat percaya diri. Hari ini, makanan lamang tersedia setiap hari di sepanjang Jl. Sudirman, mulai dari depan Taman Makam Pahlawan hingga depan Bank Muamalat. Setiap jarak 40 meter terdapat 1 (satu) meja untuk jual lamang. Tersedia mulai pukul 14.00 s.d 18.00 Wib, bahkan terkadang hingga malam hari. Disebahagian acara resepsi pernikahan di Pekanbaru, makanan lamang sedang tren dijadikan menu tambahan. Lamang dengan berbagai varian-variannya, di Pekanbaru kini telah menjadi industri kreatif murni milik masyarakat, tidak hanya bagi perantau asal daerah Sumatera Barat saja, tapi juga telah diproduksi oleh warga asli tempatan. Sebenarnya peluang bisnis lamang pisang yang notabene ciri khas lamang Nagari Kacang sangat prospektus, disamping harga, rasa juga sangat kompetitif. Mengapa sepeninggal almarhumah buk Hj. Syafni binti Sili tidak dilanjutkan oleh para perantau Nagari Kacang ? Jangan sampai kemudian, justru yang mengembangkan lamang pisang dilakukan oleh urang sumondo, sebagaimana hal itu telah terjadi terhadap produk sanjai dengan brandnya SANJAI URANG SUMONDO. Salahkah itu ? Tentu tidak !!!
Penulis : Muslih Pakiah Mudo
(Ketua IKKA Pekanbaru)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar