Alhamdulillah sekaligus terima kasih, penulis sampaikan kepada Bapak-bapak, Ibu-ibu, Uda-uda, Uni-uni dan rekan-rekan semua yang telah merespon tulisan ambo yang berjudul {perlu ketegasan} di ikkapekanbaru.blogspot.com pada Selasa, 27 Maret 2018. Ambo menyadari keterlibatan ambo dikepengurusan IKKA Pekanbaru periode 2016 -2021 baru berusia 1,8 tahun. Usia yang tergolong muda dibanding bapak-bapak, ibu-ibu, rekan-rekan kasadonyo. Diusia relatif muda tersebut, kami diuji dengan berbagai keadaan, internal dan ekternal. Urusan internal, biarlah itu menjadi konsumsi diinternal kami, namun untuk urusan ekternal, kami ingin sedikit banyak melibatkan diri dalam program pulang basamo 2018. Sebahagian sikap-sikap IKKA Pekanbaru terkait dengan persoalan ekternal disampaikan secara rutin di ikkapekanbaru.blogspot.com dan sebahagiannya dibuat dalam bentuk surat resmi yang kemudian disampaikan kepada Pengurus IKKA Pusat sebagai bentuk kepedulian IKKA Pekanbaru terhadap dinamika IKKA secara nasional. Bagi IKKA Pekanbaru, pengalaman pulang basamo 2017 yang diundur, menjadi pelajaran yang sangat berharga, agar kita lebih hati-hati. Bentuk kesiapan lebih awal adalah dengan menjalin kerjasama dengan IKKA-IKKA tetangga. Alhamdulillah, IKKA Duri, IKKA Dumai dan IKKA Perawang menyatakan sepakat untuk berdiskusi yang dibungkus dengan acara {Shilaturrahmi IKKA Regional} pada Ahad 24 Desember 2017 di Pekanbaru. Kesiapan dimaksud terutama dalam hal kesiapan ide/ konsep. Konsep tentang Strategi Penguatan IKKA Cabang dan konsep Urgensitas Pulang Basamo pun mulai disosialisasikan dalam bentuk surat yang dikirim ke Pengurus IKKA Pusat sebagai laporan kegiatan IKKA cabang. Tidak hanya itu, sosialisasi juga disampaikan ke Wali Nagari, BMN dan Pemuda Nagari ketika Wali Nagari beserta rombongan berkunjung ke kantor IKKA Pekanbaru beberapa waktu yang lalu. Kemudian juga disosialisasikan melalui blog {ikkapekanbaru.blogspot.com}. Diharapkan dengan menggaung-gaungkan dua tema besar itu, target penguatan IKKA cabang melalui program pulang basamo menjadi kenyataan.Tapi bagaimana realitasnya? Seiring dengan perjalanan waktu, WAG PIN dan WAG Pulbas saling bersahut-sahutan membentuk panitia via online dengan terpilihnya Bapak Afdalisman Ahamd sebagai ketua, yang sebelumnya Bapak Metri Hasan digadang-gadang, namun tak bersambut. Polemik antara sebahagian warga Kacang yang tergabung di WAG PIN dan WAG Pulbas dengan Pengurus IKKA Pusat masih terus berlanjut terkait dengan program pulang basamo. Pemicu utama adalah kurang komunikatifnya Pengurus IKKA Pusat terhadap peetanyaan-pertanyaan warga Kacang yang tergabung di WAG PIN dan WAG Pulbas. Hingga kemudian, Rakernas digelar pada Ahad 25 Pebruari 2018. Rakernas 2018 dinilai sangat strategis karena diharapkan mampu menjawab berbagai pertanyaan warga rantau tentang program pulang basamo. Alhasil, Rakernas pun digelar dengan pembahasan tunggal, yaitu program pulang basamo. Pembahasan pulang basamo tidak menyentuh pada tataran ide/ konsep tapi langsung kepembahasan tehnis yaitu pembentukan panitia pulang basamo. Terpilihlah secara aklamasi Bapak Afdalisman Ahmad sebagai Ketua Panitia Pulbas 2018 sekaligus sebagai Ketua Team Formatur yang bertugas menyempurnakan struktur Panitia Pulbas 2018. Optimisme menyembur diwajah-wajah peserta Rakernas dengan harapan islah/ konsolidasi antara kedua belah pihak segera akan terwujud. Waktu pun terus berjalan, harapan islah pun hanya menjadi sebatas mimpi. Polemik kembali terjadi, lagi-lagi disebabkan oleh masalah komunikasi organisasi yang tidak lancar hingga antiklimaksnya adalah terbentuknya kembali kepanitiaan versi WAG Pulbas dengan ketuanya Bapak Irwan. Pembentukan untuk kedua kalinya. Tenggat waktu pulbas semakin dekat, namun tidak ada tanda-tanda polemik akan berakhir. Habis energi tersita hanya untuk berpolemik terus. Sampai pada akhirnya, penulis mengajak para orang tua di nagari untuk sa'atnya turun menyelesaikan kemelut ini. Berbagai komentar dan analisa bermunculan. Ada yang menyatakan setuju dengan ide/ konsep yang penulis sampaikan (13 %). Ada yang menunggu sikap IKKA Pusat (30 %). Ada yang berpendapat, pulbas harus ada (8 %). Ada yang mengatakan, sebenarnya nggak ada masalah (4 %). Ada yang menilai, Pengurus IKKA Pusat sebaiknya diganti (4 %). Bahkan ada yang menilai, penulis berlebihan dalam memetakan masalah (8 %). Memperhatikan respon warga WAG Pulbas tersebut diatas, penulis menyampaikan catatan-catatan sebagai berikut :
1. Dengan jumlah populasi WAG Pulbas 246 orang dan yang memberikan tanggapan aktif (kualitatif) sejumlah 23 orang (9 %), apapun pendapatnya, secara pendekatan ilmiah, layak untuk didengar dan disikapi dengan catatan bahwa sebahagian besar WAG Pulbas, anggotanya adalah urang rantau Kacang.
2. Bahwa masalah yang penulis petakan dalam tulisan tersebut adalah nyata adanya.
3. Bahwa keinginan warga rantau agar program pulang basamo 2018 tetap harus diadakan dengan kesadaran berbagai masalah yang sedang meliputi, sebaiknya menjadi pertimbangan penting bagi kedua panitia yang sedang berseteru untuk bersikap arif dengan tidak mengedepankan ego masing-masing.
4. Bahwa ada keinginan warga rantau agar Pengurus IKKA Pusat sa'at ini dilakukan evaluasi atas kinerjanya.
5. Bahwa kunci penyelesaian masalah di pulang basamo ada pada kemauan Panitia Pulbas IKKA Pusat/ Pengurus IKKA Pusat.
6. Berbagai respon yang muncul, tidak sampai pada mengkritisi ide/ konsep solusi yang penulis sampaikan.
7. Belum muncul sikap resmi dari kedua kubu yang berseberangan untuk menanggapi ide/ konsep islah yang disampaikan penulis. Apakah setuju atau menolak atas konsep yang diajukan.
8. Dalam menyikapi hasil/ pemaparan temuan ini, dimohon kepada semua pihak untuk kebih mengutamakan sikap kritis konstruktif dan tidak menvonis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar