Liarnya politik setan tengah mengguncang bangunan normativitas kita. Amerika dan sekutunya menghantam Suriah, Israel membinasakan Palestina, Arab membidik Yaman. Setelah sebelumnya Mesir, Tunisia dan Libya diporak porandakan.
Kita di sini bicara perdamaian, toleransi dan kemanusiaan. Disudut sana saudara kita dibunuh. Allah berfirman bahwa tanda orang beriman adalah "berlaku tegas terhadap orang kafir dan berkasih sayang dengan sesama mukmin".
Sebenarnya, ini adalah kenyataan yang berlangsung berabad-abad. Kapan berakhirnya? entahlah. Amat berat untuk menyatakannya. Sekalipun dikumpulkan militer dunia Islam, itu pun tidak akan memadai untuk berperang dengan negara-negaran kafir. Apalagi terpecah dan hancur begini.
Perjalanan politik Nabi Muhammad dan kaum muslimin dimasanya menyadarkan kita untuk mengurus iman dan dakwah terlebih dahulu, barulah kita bicara politik militer. Keyakinan bahwa "Yang Kuat hanyalah Allah" mesti mendarah daging lebih awal. Cinta dunia harus dikikis dari hati, agar harta dan jiwa tidak lebih berharga dari agama Allah.
Pemuda Palestina butuh senjata. teriakan Allahu Akbar di tengah demonstrasi dan desingan peluru Israel takkah terlalu bermakna. Bila Arab Saudi ingin menghidupkan khilafah di bawah dominasinya, maka bermusyawarahlah. Dengan jumlah penduduk mereka yang sedikit, militer mereka yang lemah, cinta dunia pemimpinnya yang menonojol, dan lainnya, agaknya tak mungkin mereka mampu memimpin dan melindungi segenap dunia Islam.
Kita kecewa, ya. tapi itu tidak bermakna apa-apa. Yang diperlukan adalah keseriusan dalam beragama, lalu memimpin dunia dengan semangat Islam. Siapa yang di depan tak masalah, namun umat mesti berbai'at.
Penulis : Afrizal Ahmad Al-Syafi'i Al-Kampari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar