Diksi yang kasar di medsos hari ini tidak saja bersumber dari masyarakat biasa, tapi juga dipertontonkan oleh mereka yang mengaku dari kalangan masyarakat terpelajar.
Padahal, pilihan politik yang berbeda antaranak bangsa, terutama menjelang pemilu dan pilkada adalah hal biasa. Tapi, menggunakan narasi atau diksi seperti "lawan" dan "libas" untuk menyikapi perbedaan itu, rasanya terlalu berlebihan. Terkesan mengandung unsur kekerasan. Sebuah jargon yang layak dipakai di dunia preman.
Siapa yang mau dilawan? Siapa yang mau dilibas? Apakah antaranak bangsa yang harus menjaga persatuan, meski ada perbedaan pilihan yang harus dilibas?
Penggunaan narasi dengan diksi "lawan", "libas" telah menggiring alam bawa sadar kebangsaan kita, bahwa Pilpres 2019 itu menakutkan, mencekam, dan tanpa ampun.
Hari ini, demi kepentingan politik sesaat, terkadang kita sulit membedakan mana kalangan terpelajar dan mana yang sesungguhnya para pecundang!!
Sekian
Penulis : Lidus Yardi
Jejak digital seorang kader
BalasHapusProud of you!!
Tulisan yang sangat menggugah
BalasHapusTeruslah berkarya sang pewaris buya HAMKA
Jejak digital seorang kader
BalasHapusProud of you!!
Tulisan yang menggugah kesadaran
BalasHapusTeruslah berkarya sang pewaris buya HAMKA