Rabu, 12 September 2018

SANGAT DITUNGGU, KEARIFAN SIKAP PEMERINTAH

Situasi sa'at ini dalam kondisi sulit. Sulit mencari lapangan kerja. Rendahnya daya beli masyarakat. Terjadi konflik horizontal terkait tagar #2019GantiPresiden. Persekusi terhadap ulama masih tetap berlanjut. Pemikiran terbelah. Curiga sesama anak bangsa. Rupiah mengalami fluktuatif. Kecemburuan sosial terhadap tenaga kerja asing. Kondisi-kondisi sulit tersebut butuh penyelesaian segera dan tepat. Kalau tidak, maka dampak buruk bagi bangsa ini adalah sesuatu yang mungkin terjadi. Bisa jadi bangsa ini akan menjadi bangsa yang tergadai. Kita sudah tidak punya harapan lagi. Kita hanya sibuk menyelamatkan diri masing-masing. Modal sosial yang selama ini kita elu-elukan, sirna tanpa berbekas. Kini kita bakal disebut-sebut sebagai bangsa kuli, bukan sebagai majikan. Bukan sebagai sebuah bangsa yang berwewenang menentukan arah masa depan secara mandiri. Bangsa tanpa daya. Bangsa yang sehari-hari terkuras hanya memikirkan bagaimana mengembalikan hutang yang telah mencapai ribuan triliun beserta beban bunganya yang setiap hari bertambah satu triliun. Masalah hutang dengan negara lain atau badan tidak bisa dipandang sebelah mata. Hutang yang terus menerus menumpuk-numpuk akan menyebabkan kita menjadi tersandra oleh hutang kita. Apalagi pengelolaan hutang tidak dikelola secara hati-hati. Kita memiliki pengalaman pahit dengan IMF. Kita didekte untuk menuruti keinginan mereka. Suatu sa'at bila kita gagal melakukan pembayaran angsuran yang telah jatuh tempo, kita akan disebutkan orang sebagai debitur yang bangkrut. Ini bencana. Wajar saja kemudian, diberbagai kampus, mahasiswa melakukan demontrasi agar Pak Jokowi mundur. Karena dinilai gagal mengatasi berbagai masalah-masalah yang terjadi. Demontrasi yang terjadi adalah akibat, bukan sebab. Jangan pemerintah kemudian panik dan menjuluki anak bangsa sendiri sebagai tindakan makar. Dalam keadaan genting seperti ini, yang dibutuhkan sikap arif bukan kekuasaan semata.

Penulis : Muslih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar