Rabu, 13 Februari 2019

"KARENA" ALASAN BAHAGIA BISA BERBEDA

Kebahagiaan hidup ada pada setiap "karena" yang berbeda-berbeda di antara kita. Syukuri dan jauhkan sifat iri dan dengki, porsi masing-masing kita telah diatur.

Karena kenderaan bagus, orang bisa bahagia. Karena rumah luas, juga bisa bahagia. Karena tetangga yang baik, juga bisa, demikian Rasulullah bersabda.

Tapi, disebabkan "karena" pula kebahagiaan bisa musnah. Karena harta banyak orang justru sengsara. Karena rumah luas justru hidup terasa sempit. Karena tetangga justru gelisah.

Maka, pastikan setelah "karena" ada nilai kebaikan yang diridhoi Allah. Allah-lah pemilik kebahagiaan. Tidak mungkin Dia titipkan kebahagiaan itu pada hati dan perangai yang buruk.

Sebab itu, ada bahagia dalam situasi berbeda. Semua kita bisa meraih sesuai porsinya. Dan potensi untuk bahagia itu ada pada setiap diri kita. Tinggal, sejauh mana kita memberi alasan setelah "karena".

Ada bahagia dengan "karena" mensyukuri nikmat. Ada bahagia dengan "karena" menyabari musibah. Ada bahagia dengan "karena" mentobati dosa. Kata Ibnul Qayyim Aljauziyah, itulah tanda bahagia.

Segala kondisi bisa menjadi ladang kebaikan, bahkan pahala. Tentu tidak bagi mereka yang lalai mengingat Allah. Hanya mukmin sejati yang merasakannya. 'Ajaban Lilamril Mukmin! "Sungguh menakjubkan perkara orang-orang beriman", kata Rasulullah.

Sejauh mana kualitas kita memberi penjelasan setelah "karena", akan menentukan kualitas rasa bahagia. Pastikan semuanya "karena Allah", dan karena "meraih ridho Allah".

Maka, pujian dan cacian tidak akan mempengaruhi kita dan tidak akan mempengaruhi siapa kita, dan keadaan diri kita di sisi Allah 'Azza wa Jalla.

Wallahu A'lam

✍️ Lidus Yardi
Ahad, 03 Februari 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar