Senin, 19 Februari 2018

MANTAN PENGURUS, ADAKAH ?

Perjalanan peguyuban dibanyak tempat mengalami pasang surut. Ada peguyuban yang perkembangannya stagnan alias jalan ditempat. Ada peguyuban yang mengalami penurunan jumlah cabang. Ada peguyuban yang sudah bubar. Ada peguyuban yang melejit pertumbuhannya, baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Kita ambil contoh NU. NU termasuk organisasi yang relatif sudah lama berdiri dan sekarang berkembang cukup signifikan. Basis NU terutama pondok-pondok pesantren tradisional. NU mulai diperhitungkan dipentas nasional sejak K. H. Abdurrahman Wahid memimpin NU. Beliau seorang kolumnis di koran-koran dan majalah terkenal. Pikiran-pikirannya tentang Islam, demokrasi dan negara selalu menjadi perdebatan publik yang tiada habis-habisnya. Tidak cukup diwilayah teori semata beliau bernarasi, tapi juga hingga kewilayah prakasis. Kehadiran Forum Demokrasi (Fordem) adalah salah satu ide beliau. Beliau mendobrak penafsiran tunggal tentang sesuatu yang oleh negara semisal Pancasila. Ide-ide beliau selalu hadir ditengah-tengah bangsa. Beliau banyak dikelilingi teman-teman yang seide. Dari kalangan kaum muda NU dan dari kalangan lintas etnis dan agama. Hingga akhirnya beliau menjadi Presiden RI.  Jabatan sebagai presiden sekalipun tidak menghalanginya untuk selalu merespon dinamika yang terjadi di masyarakat. Idenya senantiasa mengalir, terlepas dari pro dan kontra. Apa yang ingin kita katakan bahwa sebagai sosok yang dituakan di NU, beliau tetap hadir dimana dan kapan saja bersama umatnya dan bangsanya, sekalipun beliau ketika itu telah tidak lagi menjadi pejabat puncak di NU. Periodesasi kepengurusan tidak menghentikannya untuk berbuat ke warga NU. Majlis-majlis muzakarah selalu dihadiri oleh beliau. Sampai akhirnya beliau diberhentikan sebagai Presiden RI dipertengahan masa jabatannya sekalipun, beliau legowo, sebagai konsekuensi dari seorang pejuang demokrasi. Memang harus ada harga yang dijual seberapapun nilainya. Cara menyikapi arti sebuah periodesasi sebuah peguyuban, patut kita belajar banyak dari sosok Gus Dur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar