"Kita menyadari bahwa anak Nagari Kacang lebih banyak hidup merantau bahkan 75 % diantaranya lahir dan besar di rantau sehingga kurang memahami seluk beluk badunsanak dan banagari" (sumber kutipan dari orang tua kita, Bapak Muslim Thalib Dt. Pakomo)
Kutipan tulisan tersebut sengaja beliau sampaikan kepada penulis tentu punya tujuan. Secarik kertas yang disampaikan oleh orang yang dituakan dikeluarga, suku dan kanagarian, membuat penulis harus berhati-hati untuk memahami redaksi hingga substansi tulisan tersebut. Dari empat alinea, penulis baru mengutip di alinea pertama. Dt. Pakomo sosok orang tua yang gelisah terhadap banyaknya generasi muda Kacang yang di rantau tapi tidak berbanding lurus dengan tingkat pemahaman yang seharusnya dalam seluk beluk badunsanak dan banagari. Kegelisahan beliau bisa dipahami mewakili para orang tua Kacang. Para generasi muda Kacang yang di rantau dibesarkan dengan adat istiadat tempatan. Lalu kapan mereka mengenal adat istiadat Kanagarian Kacang ? Sebenarnya ini adalah tanggung jawab orang tua masing-masing untuk mendidik anak-anaknya mengenal tata krama, adat istiadat kampung asal orang tua atau nenek mereka berasal. Salah seorang Pengurus IKKA Pekanbaru sejenak terdiam ketika Selasa 6 Maret 2018 sa'at pergi jenguk salah seorang anggota IKKA Pekanbaru yang sakit, salah seorang anggota yang ikut jenguk menitipkan anak remajanya untuk diikutkan di kegiatan IKKA Pekanbaru. Kesadaran seperti ini muncul sebagai pertanda bahwa mengenalkan tata krama, adat istiadat kampung, baru akan efektif, bila dilakukan tidak hanya oleh orang tua saja, tetapi juga menyertakan peguyuban IKKA Pekanbaru, organisasi tempat berinteraksinya warga Kacang asal Kanagarian Kacang. Di peguyuban ini generasi muda Kacang dibina setiap Sabtu malam Ahad. Pembinaan mental untuk mencintai seni budaya Kanagarian Kacang. Alhamdulillah, jumlahnya terus meningkat. Di Sektetariat IKKA Pekanbaru juga tersedia olah raga tenis meja yang setiap sore hari ada saja pemuda Kacang bermain bersama pemuda tempatan. Di Pengurus IKKA Pekanbaru periode 2016 - 2021, alhamdulillah, bapak-bapak dan ibu penasehat serta Ninik Mamak Rantau senantiasa hadir ditengah-tengah kegiatan organisasi, termasuk rutin menghadiri rapat-rapat peguyuban. Selalu memberikan pertimbangan-pertimbangan, masukan-masukan, dukungan-dukungan baik moril maupun materi. Mereka tidak saja tua dalam pengalaman, tetapi juga dewasa dan arif dalam menyikapi keadaan-keadaan yang sangat sulit sekalipun. IKKA Pekanbaru sangat beruntung memiliki para orang tua yang dituakan, tidak saja dituakan diinternal organisasi peguyuban tetapi juga diorganisasi besar semacam Muhammadiyah, sebut saja Drs. H. Basrijal diantaranya. Kearifan beliau sulit dicari dizaman ini. Meski usianya sudah sangat tua, tapi masih menyempatkan diri untuk hadir diwaktu rapat dan dikegiatan Halal Bi Halal. Ide-idenya senantiasa menyejukkan suasana. Bangga memiliki sosok orang tua yang dituakan seperti beliau untuk kondisi sa'at ini yang langka kita temukan. Orang tua secara usia, banyak. Tapi yang patut untuk dituakan, sangat susah dicari. Semoga beliau selalu dalam lindungan-Nya.
Rabu, 07 Maret 2018
BUTUH BANYAK, YANG DITUAKAN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar