Jumat, 16 Maret 2018

GENGSI, MILIK SIAPA ?

Begitu Rakernas usai. Saran penulis, lihat di ikkapekanbaru.blogspot. com  judul tulisan MENGAWAL KINERJA PANITIA PULBAS kepada yang diamanahi sebagai panitia pulbas, agar secepatnya melaksanakan konsolidasi dengan orang rantau yang aktif mengajak pulang basamo. Ini sangat penting agar semua pihak berkoordinasi terlebih dahulu sebelum mengambil kebijakan terkait program pulbas kepada masyarakat luas. Agar dikemudian hari masyarakat bertambah percaya kepada kita selaku penggerak baik di IKKA cabang maupun di WAG milik orang Kacang di rantau. Dan hal terpenting dari itu adalah persatuan/ kekompakan, kebersamaan, saling bekerjasama sesama orang rantau menjadi taruhan harga diri. Karena nilai-nilai itu yang sekarang sangat dibutuhkan di kampung kita. Sosok figur pemersatu. Sosok pemimpin yang lebih mengutamakan kemajuan nagari ketimbang mengejar kepentingan sesa'at, golongan dan sangat parsial. Kalau kita belum bisa bersatu, belum bisa bekerjasama, lalu apa efek positif dari program pulang basamo untuk orang rantau apatah lagi untuk warga Kanagarian Kacang. Optimisme tanpa persatuan dan kerjasama hanya akan menyisakan mimpi besar yang entah kapan bisa membumi. Kehebatan kita, keunggulan kita, kepiawaian kita diuji diacara pulang basamo ini. Nilai-nilai kepemimpinan justru hal yang strategis untuk kondisi dan situasi kampung kita saat ini. Gagal kita dalam hal ini, sungguh kerugian yang tak terkira. Mengalah untuk menang, begitu pepatah para orang tua kita dahulu dalam mengatur strategi kemenangan yang sesungguhnya. Belajarlah kepada komunitas semut, komunitas tawon, yang mereka baru bisa hidup dengan kemampuan mereka dalam merawat jiwa kegotong-royongan, jiwa ke bersamaan dan pantang diganggu. Kalau mereka diganggu oleh komunitas lainnya, mereka akan secara bersama-sama mempertahankan diri, bersungguh-sungguh berjuang bahkan nyawanya sendiri akan dipertaruhkan demi untuk membela diri. Lalu ada apa sebenarnya dengan diri kita. Mengapa begitu susah untuk hidup rukun dengan sesama rantau.Lalu mimpi apa yang menyebabkan kita begitu berambisi untuk meraihnya kecuali sebuah hidup mulia didunia dan mulia hidup di akhirat. Sesuatu itu yang mungkin kita anggap sepele, tapi justru itu yang mengubur integritas kita sebagai orang kota yang konon banyak tahu. Hal sepele itu justru yang menjadi pakaian sehari-hari. Hal sepele itu bernama GENGSI. Gengsi telah merasuki cara berfikir kita. Gengsi telah mengganggu cara kita bertingkah laku. Gengsi juga yang telah membuat program pulang basamo berjalan tertatih-tatih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar