Jumat, 02 November 2018
BERLOMBA MENGGRATISKAN ASET NEGARA
Beberapa hari yang lalu, Jokowi mengumumkan rencana menggratiskan warga untuk menggunakan jembatan Suramadu. Walau sebenarnya, warga sudah menyampaikan ide tersebut sejak tahun 2016 yang lalu, tapi baru dimasa-masa kampanye sekarang ini, ide tersebut ditanggapi oleh Presiden Jokowi. Sehingga wajar kemudian, sebahagian pendapat menilai ini dalam rangka mendulang suara warga Madura dan sekitarnya. Sementara, Sandiaga Uno berjanji, menggratiskan jalan tol yang usia tol tersebut mencapai 30 tahun, dengan pertimbangan, modal sudah kembali, keuntungan pun telah berlipat ganda diraih. Wajar dong, kini giliran rakyat menikmati hasil pajak dan retribusi yang telah berpuluh tahun disetor ke kas negara untuk membiayai pembangunan. Itulah ide kebijakan yang ditempuh untuk menggaet suara rakyat. ide tersebut terbilang maju, karena memang rakyat ingin mendengar program-program apa saja yang ditawarkan kepada rakyat agar kedepan rakyat lebih bahagia, lebih sejahtera dan jauh dari stigma negatif yang selama ini dominan seperti radikal dan teroris. Bila rakyat berangsur-angsur sejahtera, tentu paham komunisme dan lainnya lambat laun kurang diminati generasi milenial. Hanya saja, tawaran program tersebut, belum terelaborasi secara baik di mata publik. Ketika publik mengujikan lebih dalam dan bertanya, kenapa jembatan Suramadu saja yang digratiskan dan yang lain tidak. Tidak ada jawaban sedikitpun keluar dari Presiden Jokowi. Justru yang muncul kemudian adalah ucapan dari seorang Presiden Jokowi kata-kata "politikus sontoloyo", lawan dari sosok politikus yang baik. Ada kesan, beliau tidak siap dikritik dengan berbagai reaksi yang timbul menanggapi program yang beliau sampaikan. Ada kesan, cap politikus sontoloyo digunakan untuk membungkam kritik-kritik dari masyarakat yang dinilai berseberangan. Ide awal, ingin menggratiskan jembatan Suramadu, tapi tidak disertai penjelasan yang matang dan rasional. Ditengah-tengah keadaan APBN yang selalu defisit dan untuk menutupinya, tidak ada pilihan lain kecuali dengan berhutang. Kini, defisit itu akan lebih dalam lagi ketika pendapatan dari pajak dan retribusi dipangkas. Memang ada alternatif lain yang cukup jitu yaitu dengan menaikkan harga minyak partamax secara senyap-senyap tapi kan kenaikan untuk minyak bensin/ pertalite hanya terjadi kira-kira hanya satu jam dan kemudian harga kembali ke harga sebelumnya alias gagal dilakukan hingga waktu yang tidak ditentukan. Bila pengambilan kebijakan, termasuk untuk menaikkan harga minyak, tidak dikelola secara baik dan hati-hati, akan sangat mempengaruhi postur APBN kedepan. Ternyata, ide menggratiskan buat warga, apapun lah namanya, tidak boleh datang secara spontan saja, tetapi harus melalui kajian yang sungguh-sungguh dan bertanggung jawab. Siapkan data yang benar-benar valid, baca betul peta masalah dilapangan dan yang lebih penting adalah siapkan mental secara baik bila ternyata respon masyarakat terhadap keputusan yang diambil berbeda dengan yang diharapkan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar