Salah satu alasan mengapa kita harus kontinu dalam beramal adalah karena kita tidak tahu apakah akhir kehidupan kita husnul khotimah atau su'ul khotimah.
Karena kita tidak tau bagaimana kondisi akhir kehidupan kita, maka kontinu beramal adalah bagian dari usaha meraih husnul khotimah dan merawat hidayah Allah.
Yang menentukan bukan baiknya permulaan amalan kita, tapi baiknya akhir amalan kehidupan kita. Jika akhir amalan kehidupan kita baik, tentu husnul khotimah kita raih. Jika akhir amal kehidupan kita buruk, su'ul khotimah kita dapati.
"Sungguh..." kata Rasulullah, "...amal itu tergantung bagaimana penutupnya", demikian beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda dalam hadis riwayat Ibnu Majah.
Persoalannya, amal terakhir menjelang kematian itu biasanya berhubungan dengan amal kebiasaan selama menjalani kehidupan. Dengan membiasakan kebaikan, biasanya lembaran usia ditutup dengan kebaikan pula.
Jangan coba-coba berpaling dari kebaikan, bermaksiat kepada Allah, karena boleh jadi dalam kondisi bermaksiat itulah kita dijemput oleh Allah Subhaana Wa Ta'ala.
Karena kematian itu pasti, maka beruntunglah yang mati-matian mempersiapkan diri, bukan mati-matian mengejar dunia yang kan ditinggal pergi.
Waltandzur nafsum maaqaddamat ligad (QS 59:18). Maka, jika masanya telah tiba, maka tak lagi berguna pangkat, kedudukan, dan harta, kecuali yang bernilai takwa dan dzikir kepada Allah.
Wallahu A'lam
☕ Lidus Yardi, 24 Desember 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar