Selama tiga belas tahun Nabi Muhammad SAW diangkat sebagai utusan Allah SWT di Mekkah, Nabi fokus dakwah pada ajakan untuk mengEsakan Allah SWT. Fokus pada menanamkan nilai-nilai tauhid di masyarakat Mekkah yang ketika itu menyembah lebih dari 300 keyakinan, mulai dari keyakinan kepada Latta dan seterusnya. Nabi mendakwahkan agar umatnya semata-mata menyembah Allah SWT. Allahlah yang menciptakan langit. Allahlah yang menjadikan bumi. Allahlah yang menjadikan manusia. Allahlah yang menciptakan seluruh hewan dan tumbuh-tumbuhan. Allahlah yang mematikan kita. Semua ajaran keyakinan mengEsakan Allah ada dalam wahyu Allah, yaitu Al-Qur'an. Keyakinan yang mendalam begitu terasa pada diri para sahabat. Sebut saja, Ali bin Abu Thalib r.a. yang bersedia menggantikan Nabi untuk tidur didipan Nabi, sa'at Nabi akan berangkat hijrah ke Yastrib bersama sahabat dekatnya bernama Abu Bakar As-Shiddiq r.a. ketika itu orang-orang musyrik Mekkah berencana untuk membunuh Rasulullah SAW. Sahabat Nabi, Ali r.a. begitu ta'at dan patuh atas ajakan untuk tidur ditempat Nabi biasa tidur. Resikonya adalah nyawa beliau sendiri,; karena daerah tersebut telah dikepung oleh orang-orang musyrik yang sangat memusuhi Nabi. Ali r.a. adalah sosok manusia yang telah memiliki keyakinan dimana hidup dan matinya seseorang adalah pekerjaan Allah SWT, bukan pekerjaan makhluk. Sehingga apapun rencana kaum musyrik Mekkah untuk mencederai dirinya bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti. Nabi SAW benar-benar telah mendidik para sahabatnya menjadi manusia yang hanya takut kepada Allah semata. Sesampainya Nabi SAW hijrah ke Yastrib, pertama kali yang beliau kerjakan adalah membangun mesjid. Mesjid dijadikan tempat beribadah dan tempat kaum Muslimin menimba ilmu dari Rasulullah SAW. Kota Yastrib yang kemudian diganti oleh Nabi SAW menjadi kota Madinah adalah tempat yang sangat bersahabat bagi dakwah Nabi SAW. Ditangan Abdurrahman bin Auf, pasar yang semula dikuasai oleh tata cara Yahudi kemudian dirubah menjadi pasar yang dikelola dengan prinsip-prinsip Islami. Sampailah pada akhirnya Nabi SAW menata kota Madinah menjadi sebuah negara majemuk dengan membuat konsep tertulis yang tertuang dalam piagam Madinah. Piagam Madinah menjadi alat untuk mengefektifkan dalam mengelola negara. Dan kenyataannya memang demikian. Sehingga dengan sangat kondusifnya negara Madinah ketika itu, membuat dakwah Islam mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Negara Madinah yang memancarkan nilai-nilai ketauhidan telah menjelma menjadi sosok negara yang disegani oleh kawan maupun lawan. Menjadi negara yang membebaskan manusia dari kezaliman antar sesama menuju manusia yang merdeka untuk memilih tetap menjadi nasrani, yahudi atau Muslim. Bila tetap menjadi nasrani dan yahudi, mereka diwajibkan membayar jizyah sebagai jaminan kemanan yang diberikan negara kepada mereka. Dan bila menjadi Muslim, diwajibkan membayar zakat sebagai tanda keta'atan dirinya atas agama yang dianutnya. Dan bila nasrani dan yahudi menolak untuk membayar jizyah. Dan bila Muslim menolak untuk mengeluarkan zakat. Atas keduanya, negara berwewenang menegakkan keadilan atas keduanya. Begitulah urgensinya sebuah negara dalam perspektif Islam.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar