Senin, 21 Mei 2018

SIAPA BERANI JADI ILMUAN ?

Berilmu itu berbeda dengan menjadi ilmuwan. Sama seperti penikmat seni berbeda dengan seniman. Untuk melakukan apapun, manusia memerlukan ilmu, bahkan tanpa menjadi ilmuwan. "Berilmu itu mudah". Orang kaya manapun pasti memiliki ilmu, pejabat manapun pasti punya ilmu. Bahkan pecundang pun punya ilmu.

Untuk menjadi ilmuwan dibutuhkan kesediaan untuk fokus dengan ilmu yang akan dipelajari, butuh perjuangan dan pengorbanan, hasilnya pun hanyalah hal-hal abstrak (nilai-nilai keilmuwan).

Untuk memamfaatkan ilmu guna membangun umat dibutuhkan ideologi. Lalu ilmuwan tersebut mentrasformasikan dirinya menjadi cendikiawan. (lihat tulisan Ali Sariati). Bagi cendikiawan, ilmu menjadi kacamata dalam melihat kondisi masyarakatnya, lalu mencarikan solusi dalam bingkai keilmuwannya.

Bagi ilmuwan, harta, jabatan atau apapun bukan ukuran dalam perjuangan, konstruksi keilmuwan lah yang menjadi acuan. Makanya, banyak ilmuwan yang tidak memiliki "apa-apa". Namun kita meyakini, persoalan kehidupan ini dapat diselesaikan dengan ilmu. Ilmu yang dihasilkan oleh ilmuwan. Kebahagian seorang ilmuwan terletak pada paresiasi masyarakat terhadap ilmunya. Ilmunya, ternyata membawa mamfaat.

sendi-sendi peradaban diisi oleh ilmunya ilmuwan. Yang lain, hanya penikmat atau pemakai (user). Sepantasnya lah berterima kasih terhadap ilmuwan. User yang sombong adalah yang tak tahu diri. Mereka yang merendahkan kapasitas dan posisi imuwan. dan tahu berterima kasih. Bahkan tehnisi di lapangan jauh lebih dihargai dari pada ilmuwan.

TERKADANG BANYAK ORANG TIDAK BERSEDIA MENJADI ILMUWAN. KARENA TERLALU ABSTRAK.

Penulis : Afrizal Ahmad Al-Syafi'i Al-Kampari.

1 komentar:

  1. 👍👍👍 inspiratif sekali.(Komentar Pak Muslim Thalib Datuk Pakomo di WAG Pulbas IKKA Nusantara '18 tgl 22 Mei 2018)

    BalasHapus