Ibadah kurban, banyak dimensi. Ibadah kurban sarat dengan makna. Sangat dianjurkan, terutama bagi kita yang belum/ tidak berangkat menunaikan ibadah haji disetiap tahunnya ke Baitullah sementara rezki yang kita miliki masih ada persediaan untuk beberapa hari kedepan, maka Nabi Muhammad SAW yang mulia, mengajak kita umatnya untuk berkurban. Berniat berkurban untukku dan keluargaku. Bagi Nabi, ibadah kurban yang beliau lakukan, beliau peruntukkan untuk beliau, keluarganya dan umatnya. Dengan satu orang saja berkurban dalam keluarga, telah mampu berbagi kebaikan untuk keluarga secara keseluruhan. Betapa indahnya ajaran Islam tentang kurban. Bagi kita umat Nabi Muhammad SAW, efek kurban, disamping untuk diri kita, juga berefek positif bagi kedua orang tua, isteri, anak dan seterusnya. Bagi Nabi Muhammad SAW, berkurban, bukan hanya untuk dirinya, ahlul bait tapi berefek positif untuk umatnya, terutama bagi yang tidak mampu untuk berkurban. Efek positif bagi peserta kurban adalah keselamatan dan bahagia, karena keimanan yang diyakini, mengantarkan pribadinya menjadi pribadi yang ikhlas bersedekah atas nikmat yang Allah titipkan kepadanya dengan mengembalikan titipan tersebut sesuai dengan arahan si pemberi titipan, yakni Allah SWT. Dan keikhlasan itu jualah yang membuat dirinya tetap bersyukur setiap tahun melalui ibadah kurban. Rasa manis berkurban, bukan karena daging kurban yang diterimanya, lebih dari itu karena ketakwaan telah mempribadi dengan dirinya dan itulah nilai yang sangat berharga dalam hidup ini. Takwa dalam makna bahagia dan senang, ketika diri mampu berbagi atas rezki yang diamahkan kepadanya. Bahagia membuat orang lain bahagia. Bahagia karena dapat melaksanakan perintah Allah SWT, yaitu perintah berkurban. Dengan Nama Allah. Allah Maha Besar. Ya Allah, ini dariMu dan untukMu. Ini kurban dariku.
Penulis : Muslih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar