Jumat, 04 Januari 2019

PROF. K.H. SYUKRON MA'MUN DAN NEGARA

Pertama kali penulis bisa bertatap muka dengan da'i kondang, Prof. K.H. Syukron Ma'mun tanpa direncanakan sebelumnya. Hari Sabtu tanggal 29 Desember 2018, rencana penulis mau jumpa Rektor UIN Suska untuk satu dan lain hal, namun dari mesjid UIN Suska terdengar suara penceramah yang sebelumnya belum penulis kenal. Begitu penulis berada dalam barisan jama'ah, terlihat dengan jelas bahwa yang sedang menyampaikan tausiah adalah Prof. K. H. Syukron Ma'mun. Seluruh civitas akademika termasuk Rektor UIN Suska turut menghadiri tabligh akbar. Sebagai da'i yang dikenal dengan sebutan singa podium, hingga hari ini diusia 90 tahun, sosok Prof. K. H. Syukron Ma'mun tidak pernah padam berdakwah dengan apa adanya. Semangatnya, berapi-api. Beliau sangat mandiri dalam bersikap. Beliau diundang untuk berdakwah, beliau sampaikan kebenaran. Tidak sembarang bantuan, langsung beliau terima. Beliau sangat selektif. Bahkan bantuan dari pemerintah sekalipun. Beliau sangat berhati-hati. Beliau ingin tetap merdeka dengan ide dan prinsip hidup yang diyakininya. Beliau blak-blakan mengurai ide beliau tentang hidup bernegara. Beliau sangat yakin bahwa Al-Qur'an dan As-Sunnah secara tektual bicara tentang negara. Sistem pemerintahan dalam sejarah Islam hingga hari ini menurutnya, ada kerajaan, ada khilafah, ada NKRI. Itu semua pilihan. Kita sebagai bangsa Indonesia menurut beliau, telah memilih NKRI. Dan itu final. Yang penting dalam kita bernegara harus memperhatikan hal-hal berikut :
1. Asas musyawarah.
Musyawarah adalah satu cara untuk mengambil keputusan yang melibatkan banyak pihak. Diharapkan dengan melibatkan banyak pihak, diharapkan hasilnya bisa mendekati sempurna dan semuanya merasa bertanggung jawab atas keputusan itu.
2. Asas kepemimpinan berkualitas. Kepemimpinan yang kuat adalah kepemimpinan yang dipilih berdasar kriteria sebagai berikut :
a. Amanah
b. Fathanah
c. Tabligh
d. Sidik
Berdasar pada peristiwa prosesi suksesi ketika Abu Bakar ra terpilih, Umar Bin Khattab ra terpilih, Usman Bin Affan ra terpilih dan Ali Bin Abi Thalib ra terpilih sebagai khalifah, mereka tidak meninggalkan asas musyawarah dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang muncul. Walau pun bentuk-bentuk musyawarah yang dikembangkan cukup dinamis. Untuk itu, memilih sosok pemimpin tidak bisa diserahkan kepada sembarang orang, apalagi diserahkan kepada orang gila.
3. Penegakkan hukum berkeadilan. Penegakan hukum harus tegas, tidak tebang pilih. Sekalipun andai yang mencuri adalah Fatimah Binti Muhammad SAW, pasti hukum akan ditegakkan. Begitu sikap Rasulullah dalam penegakkan hukum.

Sekilas tentang Prof. Syukron Ma'mun

Beliau sosok da'i yang senantiasa up date. Dipagi hari setelah melaksanakan shalat-shalat sunnah, sebelum bertemu dengan para santri dan para tamu yang datang, terlebih dahulu beliau menikmati sarapan pagi yang telah terhidangkan yakni sejumlah koran harian dan majalah-majalah. Sosok kiyai yang tidak saja bergumul dengan kitab-kitab klasik, tetapi juga memiliki keinginan kuat untuk selalu up date terhadap dinamika kehidupan yang melingkupinya.

Sebuah terobosan baru

Kini, dimulai dari UIN Suska Riau membangun tradisi baru bagi dunia kampus. Kepemimpinan baru yang sa'at ini dijabat oleh Prof. Dr. Ahmad Mujahidin telah menghadirkan sosok kiyai di "hati" kampus. Dunia santri yang selama ini dikesankan sibuk mengkaji kitab-kitab kuning saja. Sang rektor ingin mendialogkan dua tradisi yang selama ini berhadap-hadapan. Tradisi kampus yang lebih menitikberatkan pada aspek analisis rasional. Tradisi santri yang lebih condong kepada kajian literalis tekstual. Dan bila dua tradisi ini dikombinasikan dalam dunia kampus dan pesantren, akan menjadi sumbu kekuatan dahsyat bagi dunia pendidikan Indonesia kedepan. Seruan dialog telah mulai dikumandangkan. Simbol ini diharapkan secepatnya meretas dan merembes hingga kepada mahasiswa dan para santri di pondok pesantren. Kesediaan untuk saling mendengarkan ide. Ini yang penting untuk dikembangkan kedepan.

Penulis : Muslih Pakiah Mudo 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar