Berorganisasi, bekerja dengan terencana. Program dibahas bersama. Dilaksanakan secara terkoordinir. Dievaluasi dari berbagai sisi. Muara dari semua itu adalah apakah program tersebut dalam kerangka untuk mencapai tujuan organisasi atau hanya untuk kepentingan semu. Satu periode kepengurusan di IKKA cabang, diamanahkan waktu selama 5 tahun. Dibuat target antara agar tujuan jangka panjang organisasi bisa dicapai secara bertahap. Sangat tidak mungkin semua kerja organisasi bisa dituntaskan dalam kurun waktu 5 tahun. Periodesasi adalah mata rantai perjuangan peguyuban. Dari kerja tersistem. Dari sana terukur. Dan dari sana trust terbangun secara holistik. Bukan pencitraan dan bukan pula kerja, asal teringat seketika. Bagi pengurus IKKA cabang, bekerja sebatas wilayah kerjanya. Tidak perlu mencampuri urusan yang bukan kewenangan kita. Cukup kita fokus pada program yang telah disepakati. Berlatih secara terus menerus untuk mampu kita bisa kerjasama dengan team kita. Kita perkuat selalu team kepengurusan kita dengan ilmu. Laksanakan program kerja secara tuntas. Akan banyak hikmah yang akan didapatkan. Kesuksesan yang kita peroleh, membuat rasa optimisme bangkit bergelora. Kesuksesan yang kita peroleh, jangan sampai membuat kita lupa diri. Kesuksesan yang kita peroleh, jangan sampai membuat kita sombong, seakan-akan tanpa kita, semuanya tidak terjadi. Kesuksesan yang kita peroleh, justru terkadang membuat kita cepat berpuas diri. Berpuas diri itulah penyakit yang sesungguhnya. Karena berpuas diri membuat kita mati sebelum mati. Berpuas diri, bisa jadi karena pujian-pujian tiada henti dari teman-teman seperjuangan. Tanpa disadari, pujian-pujian yang kita terima, membuat kita menjadi sang diktator. Enggan untuk sedikit bisa menghargai keberhasilan yang diraih orang lain. Enggan untuk meminta ma'af bila kita bersalah. Enggan kita untuk melakukan evaluasi atas apa yang kita kerjakan. Kegagalan yang kita dapatkan, membuat kita untuk melakukan introspeksi diri. Kegagalan tidak dijadikan kambing hitam dan menuduh pihak lain harus turut bertanggung jawab. Jujurlah pada diri sendiri. Kuatnya diri kita, bukan karena keberhasilan kita menceritakan kelemahan orang lain. Kuatnya kita, bukan pula karena kasihan orang lain terhadap kita. Kuatnya kita, semata-mata karena kita bisa mensyukuri atas potensi diri yang kuta miliki. Kita punya telinga, mari kita gunakan untuk menjadi manusia pendengar yang baik.Tidak memotong-motong lawan bicara. Kita punya mata, mari kita gunakan untuk selalu memperhatikan apa yang terjadi dengan diri kita dan lingkungan kita. Dan kita kita punya hati, mari kita gunakan hati untuk menghaluskan budi pekerti kita. Kita gunakan hati untuk berbicara selalu dari panggilan hati nurani kita sebagai manusia. Kita mencoba untuk menjadi manusia seutuhnya. Tubuh kita benar ada jasad yang bisa kita lihat dengan mata kepala kita, tapi itu tidak cukup untuk disebut kita manusia seutuhnya. Baru disebut utuh, bila jasad yang kita miliki dihiasi dengan kegiatan-kegiatan rohani. Memang kegiatan rohani tidak bisa kita amati dengan mata telanjang ini. Dia baru bisa terlihat dengan rasa bukan dengan raba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar