Telah 90 tahun berlalu, ikrar sumpah pemuda dikumandangkan. Tepat pada Kongres Pemuda ke 2 tanggal 27 - 28 Oktober 1928 di Batavia. Konseptornya adalah Moehammad Yamin dan pembaca teks yaitu Soegondo. Ketika itu Pancasila belum lahir. Indonesia dalam bentuk negara, belum ada. Yang ada ketika itu, organisasi-organisasi moderen telah terbentuk. Ada Serikat Islam (SI). Ada Muhammadiyah. Ada NU. Ada Budi Utomo. Dan masih banyak lagi organisasi-organisasi yang bersifat kedaerahan bermunculan. Termasuk didalamnya, organisasi pemuda daerah. Sudah terlalu lama, Belanda menjajah bangsa kita, bahkan hingga tahun 1928, suasana perjuangan membebaskan bangsa ini, masih perlu konsolidasi antar organisasi-organisasi yang ada. Para pemuda kala itu mengambil inisiatif untuk mempersatukan seluruh potensi bangsa sebagai modal menggalang kekuatan sosial bangsa. Para pemuda zaman itu sadar betul bahwa rasa persatuan dan kesatuan adalah keperluan mendesak untuk bisa merebut kemerdekaan dari Belanda. Maka diadakanlah kongres pemuda ke 2 yang dihadiri organisasi-organisasi pemuda se nusantara hingga melahirkan semangat persatuan dan kesatuan yang dijawantahkan melalui apa yang disebut dengan sumpah pemuda. Sebagai sebuah strategi jangka panjang untuk untuk memenangkan pertarungan dari penjajahan dengan segala macam varian-variannya. Hari ini dan hari-hari kedepan secara ekonomi, bangsa kita belumlah berdaulat. Bahan-bahan kebutuhan ekonomi kita, masih banyak mengandalkan impor dari negara lain. Kita masih masuk kategori negara yang hobi impor. Apa sajalah kita impor. Efeknya adalah ketika dolar Amerika naik, seperti sekarang ini, kita kelabakan. Padahal, semangat sumpah pemuda harusnya melahirkan anak bangsa yang bangga terhadap tanah airnya dengan segala sumberdaya yang dimiliki. Bukan untuk dikeruk oleh pemodal-pemodal kapitalis dan komunis. Rakyat sendiri menjadi karyawan mereka dengan upah yang sangat tidak memadai Bahkan hari ini kita saksikan ribuan pekerja kita di papua di rumahkan tanpa ada kepastian, kapan akan berakhir. Di sisi lain, membanjirnya tenaga kerja asing (TKA) datang untuk bekerja di negara kita. Kebanggaan seperti apa yang bisa kita ajarkan kepada mereka para pemuda hari ini, kalau selama ini kita orang-orang tua bangga dengan kemampuan teknologi negara-negara barat dan timur yang kemudian kita undang mereka semuanya untuk merampok kekayaan negeri kita hingga yang tersisa adalah pencemaran lingkungan dimana-mana. Kerusakan ekosistem ada didepan mata kita, tanpa kita punya biaya untuk memperbaikinya. Sementara mereka kembali ke negaranya masing-masing membangun negaranya dari kekayaan yang dulunya kita yang punya. Manalagi tanah airku. Tanah yang satu itu. Aku gagal memerdekakanmu. Ma'afkan aku.
Penulis : Muslih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar