Riau boleh bangga. Diwaktu bersamaan, Riau telah memberikan kader bangsa terbaik sa'at ini untuk memberikan sesuatu yang terbaik untuk masa depan bangsa. Bangsa ini sedang mengalami pelemahan rupiah yang entah kapan akan berakhir. Pelemahan ini tidak bisa dibiarkan dan secepatnya perlu dicari solusinya. Ditahun-tahun genting secara politik, ekonomi dan maraknya penistaan terhadap agama Islam serta kriminalisasi terhadap para ulama. Hadir putra terbaik Riau, Sandiaga Uno dan Ustad Abdul Somad, Lc, MA dipentas kepemimpinan nasional dengan kapasitas seorang ekonom handal dan kapasitas seorang ulama yang mumpuni. Sandiaga Uno dengan latar belakang sebagai pengusaha, naluri bisnisnya tidak rela kalau bangsa ini terus-terusan dirundung masalah pelemahan ekonomi akhir-akhir ini. Baik pelemahan karena faktor dalam negeri maupun pelemahan karena faktor luar negeri. Sampai kapan kita terus-terusan menyalahkan faktor eksternal sehingga lupa diri untuk segera berbenah. Semakin lama bangsa ini dalam situasi sulit seperti sekarang, membuat bangsa ini terpuruk lebih dalam lagi. Manalagi hutang dalam negeri dan luar negeri semakin menggunung. Dari APBN ke APBN berikutnya, struktur hutang kita sangat membebani APBN bangsa ini. Entah kapan, bangsa ini benar-benar terbebas dari penjajahan di bidang ekonomi. Atas kesadaran akan tanggung jawab sebagai anak bangsa, Sandiaga Uno muncul ke permukaan diluar arus utama kriteria wakil presiden yang digadang-gadang pihak patahana dan yang usulkan GNPF - MUI. Dua-duanya menjadikan kompetensi ulama sebagai kriteria dasar. Namun diujung penetapan, capres Prabowo Subianto lebih memilih sosok anak muda energik yang telah sangat sukses mengelola bisnis mulai dari nol bahkan minus, hingga menjadi salah seorang orang terkaya di Indonesia. Kemampuan memeneg dan keberpihakan kepada usaha kecil dan menengah tersebutlah yang membuat Prabowo kepincut dengan sosok Sandiaga Uno. Lain Sandiaga Uno, lain pula sang penceramah kondang, Ustad Abdul Somad, Lc, MA. Beliau sangat memahami kompetensi diri. Beliau lebih memilih panggilan hati nurani sebagai pendakwah atau guru bangsa ketimbang segudang kekuasaan walau telah direkomendasi para ulama yang hanif. Beliau lebih memberi ruang seluas-luasnya kepada Ustad Salim Segaf Al-Jufri yang sama-sama direkomendasikan oleh para ulama sebagai calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto. Begitu juga sebaliknya, Ustad Salim Segaf Al-Jufri meminta kesediaan Ustad Abdul Somad untuk mendampingi capres Prabowo Subianto. Begitulah sosok ulama yang sesungguhnya, dua-duanya lebih memilih sikap menahan diri dari sifat ambisi pribadi maupun kelompok. Padahal kalau mau ngotot sedikit saja Partai Keadilan Sejahtera (PKS), mungkin peluang untuk diterima lebih besar. Tapi bukan itu karakter PKS yang kita kenal. Bagi PKS, kemaslahatan bangsa dan umat lebih utama ketimbang kelompok atau golongan tertentu saja. Semoga.
Penulis : Muslih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar