Tidak pun menjadi sebuah kebijakan partai untuk menggunakan jurus yang satu ini, cara ini telah lama digunakan oleh sebahagian caleg untuk mendapatkan simpatik masyarakat agar mencoblos dirinya. Tidak dengan caleg partai kempetitor, dengan teman satu dapil dari partai yang samapun, tega-teganya, jurus ini digunakan. Lalu mengapa ini kemudian dilembagakan ? Untuk agar supaya sang caleg dipilih oleh masyarakat, caranya mudah, yaitu peduli terhadap apa yang dirasakan masyarakat dimana sang caleg berdomisili. Apapun bentuk kegiatan sosial yang diadakan di masyarakat, harus diikuti sebagai tanda kalau kita orangnya tahu bermasyarakat. Dan alangkah lebih baiknya lagi kalau kita justru sebagai inisiator dan motivator dilingkungan dimana kita berada. Menjadi panutan dimana caleg berdomisili. Dan yang penting caleg yang ditunjuk dalam suatu dapil adalah mereka yang sehari-hari berdomisili di dapil tersebut, sehingga masyarakat kenal rekam jejak sang caleg tersebut. Menjadi caleg berarti mewakili rakyat. Mewakili teman-teman sedomisili. Memperjuangkan apa yang menjadi cita-cita bersama dikawasan dimana mereka tinggal bersama. Sang caleg menjadi jubir mewakili aspirasi masyarakatnya. Memajukan kawasan dimana caleg berdomisili. Bila konsep ini yang digunakan oleh suatu partai. Maka negative campaigne tidaklah relevan untuk kita kedepankan. Menyebut-nyebut kekurangan rival kita dihadapan rakyat, justru kita sedang mengajarkan sikap permusuhan kepada sesama. Bayangkan kalau orang yang sedang kita bicarakan adalah anaknya, bapaknya, ibunya, kakeknya, saudaranya, teman setianya, atasannya, muridnya, ustadnya, datuknya dan seterusnya. Bukan mencerdaskan, tapi justru kontraproduktif. Bukannya kampanye adalah mengenalkan ide, program yang bertujuan untuk dipelajari oleh masyarakat. Menjadi diskursus positif di kedai-kedai kopi. Menjadi pembangkit semangat masyarakat. Suasana ngobrolnya menjadi produktif. Suasana ngobrolnya menjadi hidup. Karena kalau gagasan, yang kita sampaikan ke masyarakat, forum itu menjadi forum yang terbuka, siapa saja boleh ikut dan merasa terpanggil untuk ikut. Tidak melihat dia team sukses siapa. Tidak melihat dia mendukung siapa. Semuanya menjadi cair. Dan itulah pesta demokrasi yang didambakan. Pesta demokrasi yang jauh dari syak wasangka. Pesta demokrasi yang membuat orang tersenyum. Pesta demokrasi yang membuat rakyat bangga. Pesta demokrasi yang membuat orang merasa tidak ada tekanan dari manapun. Dari siapapun. Pesta demokrasi yang membuat rakyat merasa inilah waktunya dia menyampaikan uneg-unegnya tentang kampungnya agar lebih maju kedepan. Tentang negaranya agar berwibawa dan bermartabat dimata dunia.
Penulis : Muslih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar